Jumat, 21 Maret 2014

Pak Boediono, Wapresku yang super rendah hati

Kemarin acara M*ta N*jwa di salah satu stasiun TV swasta mendatangkan bintang tamu wakil presiden Indonesia yaitu Bapak Boediono. Dulu waktu saya masih berstatus sebagai mahasiswa di UNNES (universitas Negeri Semarang), saya sempat kegirangan karena kabarnya kampus saya akan dihadiri  pak wapres Boediono dalam suatu acara. Tapi kabar yang simpang siur akan kehadiran beliau membuat saya urung untuk ikut dalam acara tersebut.
Begitu penasarannya saya akan sosok pak Boediono. Siapa sebenarnya beliau, bagaimana latar belakang beliau, mengapa pak presiden SBY dapat begitu saja memilih beliau sebagai wapres? Apa alasannya? Padahal sama sekali tak pernah saya lihat berita di TV menyebut nama beliau sebelumnya.
Di acara M*ta N*jwa kemarin itulah baru saya tahu, betapa pendiamnya, betapa rendah hatinya, betapa sederhananya, dan betapa berprestasinya beliau.
Pak Boed, begitu beliau disapa, sangat setia dan sayang terhadap istrinya, Bu Hera, hubungan mereka sudah terjalin sejak di bangku kuliah konon katanya. Pak Boed sering mengirim surat kepada Bu Hera. Bu Hera bercerita bahwa di surat-suratnya, Pak Boed sama sekali tidak romantis, beliau sangat lugu. Pak Boed hanya tersenyum kecil.
Ketika beliau ditanya, banyak orang memandang bahwa pak wapres yang jarak terlihat didepan publik dianggap tidak pernah bekerja. Beliau menjawab singkat sambil tersenyum, “Begitu ya?”
Mbak Najwa pasti gemas ketika pertanyaan-pertanyaan runcingnya ditanggapi hanya dengan senyum, usahanya “menggali” pak Boed lebih dalam ternyata tak berhasil banyak.
Ketika ditayangkan video blusukan pak Boed dan pak Jokowi di salah satu SMA di Jakarta, dimana murid-murid SMA malah memanggil-manggil nama Pak Jokowi terus menerus. Bahkan katanya, reporter dari SMA tersebut malah mengira Pak Jokowi adalah wapres dan Pak Boed adalah gubernur Jakarta. Sebegitu tidak populernya pak Boed di depan anak SMA. Ckckckck. Pak Boed hanya tertawa-tawa.
Sebenarnya, menurut saya pribadi, begitulah seharusnya seorang wapres. Tak perlu banyak terlihat action di depan kamera tapi hasilnya nol besar. Tak perlu banyak bicara tapi mengecewakan. Tak perlu banyak gaya tapi bobrok kerjanya. Sederhana saja, wapres ada untuk menyempurnakan pemerintahan, wapres ada ketika ada tugas negara yang tidak sempat diselesaikan oleh presiden, dan wapres selalu ada di pihak yang sama dengan presiden, bukan malah menjatuhkan dan mengorek kesalahan presiden.
Pak Boed adalah sosok yang sangat berhati-hati dalam memisahkan antara uang pribadi dan uang negara. Sesuatu yang bukan hak kita memang tidak seharusnya kita nikmati, haram hukumnya. Bagi seorang wapres, naik haji merupakan fasilitas khusus yang memang diberikan oleh negara. Namun, pak Boed ngotot membayar ongkos pesawat AU yang merupakan pesawat khusus bagi pemimpin negara yang beliau gunakan untuk naik haji beserta keluarga. Jauh dari para politikus yang malah menggunakan fasilitas negara sebanya-banyaknya untuk kepentingan pribadi. Ckckck. Mungkin memang idealnya seorang pemimpin negara dipilih dari non-politik. Seseorang yang sama sekali tidak punya tendensi politik, seseorang yang tidak memiliki ambisi menjadi penguasa, seseorang yang menjadi pemimpin ha nya karena beliau ditunjuk, bukan menunjuk dirinya sendiri.
HIDUP Pak Boed! Saya bangga memiliki Wapres seperti Pak Boed. Saya berharap presiden dan wapres tahun depan memiliki kriteria yang hampir sama dengan pak Boed. Sederhana, amanah, jujur, dan bekerja demi negara.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar