Kesamaan nama adalah kesengajaan, namun kisah ini hanya fiktif
belaka. Mohon maaf jika ada salah kata dan perbuatan. Minal Aidzin wal Faidzin.
(Nggak usah diambil hati yeee)
NAMAMU MENGALIHKAN DUNIAKU (AIH)
Zarah….nama
yang unik….wajah yang unik…sifat yang unik….suara yang unik…Arrrghhh…kenapa nih
gue?
Plak! Buku matematika Pak Agung dilempar ke
arah Angga. Lenyap sudah lamunannya.
“Angga! Kamu maju soal nomor 2. Kerjakan di
depan!”, suruh Pak Agung.
“Hah???? Duh…saya pak?”, Angga gugup.
Tiba-tiba terdengar lantunan music Mozart
yang menandakan waktu istirahat telah
tiba.
“HORE….!”, seluruh penghuni kelas XI IPS 3
berteriak kegirangan.
Pak Agung pun melenggang keluar dari ruang
kelas dengan geleng-geleng kepala.
“Untung Lo Ngga!Mampus deh kalo tadi Lo
maju. Itu kan soal paling susah. Putri yang otaknya encer aja nggak bisa.
Apalagi elo. Hahaha”, ujar Dika yang disahut dengan jitakan dari Angga.
Angga dan Dika adalah pasangan lelaki
dengan lelaki paling mesra di SMA Teladan. Iya, mesra. Berangkat sekolah
bareng, istirahat bareng, kabur dari kelas bareng, pulang pun bareng. Untung
masuk WC nggak bareng-bareng. Jangan dikira mereka saling cinta, mereka
kemana-mana bareng karena emang mereka jomblo. Ngakunya sih high quality
jomblo. Aslinya karena emang nggak populer, makanya nggak laku. (piss)
Sebenernya, Dika saat ini sedang pedekate
sama anak SMA Duta Semesta, udah hampir deal ngakunya. (Deal?dikira perjanjian
kerja?) Tapi tetap aja kemana-mana berduaan sama Angga. Udah kayak Romeo dan Jack
(entah film apa).
Angga juga nggak jelek-jelek amat, malah
bisa dibilang manis. Tapi sayang, Angga menderita paranoid yang lumayan
berlebihan terhadap makhluk lain jenis yang seumuran. Tiap deket sama cewek,
bukan dirayu atau digodain, yang ada malah Angga diam seribu bahasa dan
keringat dingin bercucuran. Melihat Angga yang manis dan manja (eh,kayak grup
dangdut) itu masih jomblo dan lugu, tak sedikit cewek mencoba meraih hati
Angga. Mulai dari Anis yang flirting lewat sudut mata yang ditanggapi Angga
dengan tatapan tanpa ekspresi, sampe Gita yang langsung datang ke rumah Angga.
Ngakunya sih mau pinjam buku catatan. Keliatan banget cari alesan ini mah,
orang buku catatan Angga ditulis dengan tinta tak kasat mata alias nggak ada tulisannya.
Angga pun kabur lewat pintu belakang. Gita manyun nungguin Angga di ruang tamu
berjam-jam dan memutuskan untuk nggak lagi berniat deketin Angga.
………
Dentingan musik Mozart kembali berbunyi.
Yes!
Bisa ketemu Zarah lagi!, Kata Angga dalam hati.
Angga dan Dika bergegas menuju parkiran
lalu menunggu teman-temannya datang. Setelah beberapa menit, yang ditunggunya
tak kunjung tiba.
Angga gelisah. Mana nih si Rudi? Lama banget…
Tak lama kemudian Rudi datang bersama
Zarah.
“Lama banget lo Rud.. Ngapain aja sih?
Heran gue”, kata Dika.
“Udah?Yuk cabut!”,kata Angga sambil
melengos, menyembunyikan kegugupannya.
“Sorry Ngga, kita nggak langsung pulang.
Zarah mau beli buku dulu katanya. Gimana? Lo duluan ya?”, kata Rudi.
“Gue ikut deh. Sekalian mau beli buku
juga”, sahut Angga.
“Hah?elo mau beli buku apa Ngga? Nggak
salah kuping gue? Hahaha”, Dika dan Rudi terpingkal-pingkal.
Zarah hanya tersenyum melihat mereka.
“Heh. Ada PR Geografi tau. Jawabannya nggak
ada di LKS semua”, jawab Angga dengan muka merah.
Dika dan Rudi semakin tertawa mendengarnya
tapi tak lagi berkomentar setelah dipelototi Angga.
Dika, Rudi, dan Angga adalah tiga sekawan
di SMA Teladan yang sama sekali tidak teladan. Mereka bertiga sangat kompak
dalam hal berangkat telat, kabur dari pelajaran, dan jahilin guru. Namun, kekompakan
mereka diuji dengan Rudi yang masuk kelas XI IPS 1. Kelas yang berbeda dari
Angga dan Dika. Diantara mereka ada Zarah, tetangga sebelah rumah Rudi yang
hampir seminggu ini nebeng motor Rudi karena motornya baru masuk bengkel. Zarah
sebenarnya bukan cewek pendiam malah cenderung cerewet di kelasnya. Tetapi
Zarah bukan cewek yang asal bicara kepada orang yang tidak dikenal dengan baik.
Sejak hari pertama Zarah nebeng motor Rudi,
dunia Angga seakan teralihkan. Angga dan Zarah sama-sama anak IPS, tetapi Angga
yang memang tidak pernah peduli dengan cewek-cewek di sekitarnya baru pertama
kali mendengar nama Zarah dan melihat wajah Zarah pada hari itu. Lain halnya
dengan Zarah, nama Angga sudah sering jadi perbincangan cewek-cewek di
kelasnya. Angga yang manis, tajir, tapi takut sama cewek.
………..
Sesampainya di toko buku, Zarah menuju
deretan novel best seller. Dika dan Rudi memilih menunggu di luar toko karena
tidak merasa berkepentingan. Angga pun masuk ke toko buku dan bingung akan
membeli buku apa. Karena sesungguhnya Angga hanya mencari-cari alasan agar
semakin lama bersama Zarah.
Zarah sudah membayar bukunya dan melihat
Angga masih kebingungan.
“Lo udah dapet bukunya blum Ngga?”, tanya
Zarah.
“Hah?hmmm…belum…eh udah..eh nggak kok..”,
jawab Angga kaget.
“Nggak jadi beli?”, Zarah hampir tak kuat
menahan tawa.
Angga menggeleng dan salah tingkah.
Ttttrrrrt…trrrtttt…
HP Zarah bergetar, ada panggilan masuk.
Dengan malas dia mengangkat telponnya.
“Ada apa lagi sih? Lo tuh nggak usah lagi
ganggu hidup gue ya! Kita udah nggak ada hubungan apapun!”, Zarah menjawab
dengan emosi.
“Siapa Zar? Mantan lo?”, tanya Angga.
“Iya tuh. Heran. Padahal dia yang
jelas-jelas selingkuh. Begitu gue minta putus malah dia nggak mau. Tiap hari
masih BBM, telpon, sms. Dikira masih mempan apa rayuan dia yang ndeso itu? Aneh
banget ya. Cowok yang udah nyelingkuhin ceweknya tuh seharusnya digantung aja!
Masih untung dia nggak gue laporin ke kakak gue. Bisa habis dia! Tau kan lo?
Kakak gue tuh paling nggak bisa liat gue disakitin orang. Tapi gue nggak tega
kalo dia ntar dihajar kakak gue. “, Zarah menutup mulutnya dengan tangan
melihat ekspresi Angga yang keheranan dan tanpa berkedip mendengar cerita Zarah
tadi.
“So.. sorry Ngga..gue kebanyakan omong
ya”,tanya zarah.
“Eh,nggak kok. Yuk pulang”, Angga kembali
tanpa ekspresi dan berjalan menuju pintu dengan jantung yang berdebar semakin
kencang.
…….
Sepanjang perjalanan Angga hanya diam, Dika
kebingungan karena dari tadi Angga tak menyahut.
“Men, lo nggak apa apa kan? Diapain tadi lo
di toko buku? Nggak kesambet kan lo? Sakit gigi lo kumat? Aneh banget dari
tadi..”, tanya Dika.
“Nggak apa-apa”, kata Angga singkat. Lalu
kembali diam.
Angga bukan kesambet atau sakit giginya kumat.
Tetapi dia sedang memikirkan Zarah. Gimana cara biar nggak salting di depan
Zarah. Gimana biar nggak paranoid lagi di depan Zarah. Dan Angga nggak punya
solusi. Ingin rasanya berbagi cerita
dengan Dika, tapi Dika itu ember, nggak pinter nutup mulut. Yang ada malah
gempar ntar di sekolah mendengar Angga suka sama Zarah. Yang ada malah Zarah
menghindar, nggak mau bales BBM, nggak mau angkat telpon, eh tapi Angga kan
nggak punya no.hpnya Zarah.
Ting! Sesampainya di rumah, Angga menelepon
Rudi.
“Rud, gue minta no.hp Zarah donk. Penting
nih. Oke. Gue tunggu ya”.
Angga pun tersenyum setelah mendapat no.hp
Zarah.
………….
Malem
Zarah, kamu lagi ngapain? Udah makan?udah ngerjain PR?buku yang tadi udah
dibaca apa belum? Oh iya, ini gue angga.
Angga kembali membaca draft sms yang dari
tadi dia ketik.
Hm…berlebihan deh sms gue.
Angga kembali mengedit smsnya.
Hai
Zarah. Gue Angga.
Send message. Lalu Angga panik.
Mampus. Itu kenapa sms gue singkat banget.
Mana mau Zarah bales. Bego banget sih gue.
Tak lama kemudian Zarah membalas.
Hai
jg Ngga. Lagi ngapain?
Angga tersenyum melihat balesan sms Zarah.
Lagi
mikirin kamu tau Zar. Lagi mikir gimana cara deketin kamu tanpa gugup dan tanpa
salting. Lagi mikir cara bikin kamu tau, Cuma kamu cewek yang bikin aku
deg-degan setengah mampus 17 tahun ini.
Itu yang ada di otak Angga. Tapi yang
dikirim ke Zarah :
Lagi
nonton tivi.
Di rumahnya, Zarah mlongo melihat sms
balesan Angga.
Ini anak maunya apa sih? Ngajak smsan tapi
kok nggak niat. Heran gue. Tapi ya nggak apa-apa sih. Daripada gue smsan sama Citra
mulu. Bosen juga lama-lama.
Nonton
apa Ngga? Sama nih gue juga nonton tivi. Lo udah ngerjain tugas Geo blm? Tadi
katanya ada PR geo?
Nonton
tukang bubur nih Zar. Udah kok. Udah
selesai. Lo nggak ada tugas?
……….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar